Jl. A Yani No. 2, Surakarta 57128 Telp. 0271 653650

Minggu, 23 Januari 2011

Ilmu harmoni

Ilmu Harmoni : Pengertian dan Dasar Ilmu Harmoni Dalam Musik

Posted by: kandangjago In: Ilmu Harmoni| Teori Musik| 6,984 views
How to Play a Piano with chord

ilmu-harmoni silent night.. Piano for beginner

Ilmu harmoni secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari harmoni. Harmoni adalah keselarasan. Dalam teori musik, ilmu harmoni adalah ilmu yang mempelajari tentang keselarasan bunyi dalam musik.
Dalam beberapa bahasa, harmoni disebut armonía (Spanyol & Italia), harmonie (Perancis dan Jerman), zusammenklang (Jerman).

Beberapa Pengertian Ilmu Harmoni

  • Ilmu harmoni adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara not/nada yang satu dengan nada yang lain pada saat didengarkan secara bersama-sama, sering digambarkan sebagai dimensi vertikal di dalam teori musik dimana melodi (cantus firmus atau counterpoint) disebut sebagai dimensi horisontal.
  • Ilmu harmoni adalah ilmu yang mengajarkan cara mengkombinasikan atau menggabungkan not-not (nada-nada) secara simultan (serentak atau bersamaan) untuk menghasilkan akor (chord) dan mempelajari juga penggunaan akor secara berturut-turut untuk mendapatkan progresi atau pergerakan akor.
  • Ilmu harmoni adalah salah satu cabang teori musik yang mempelajari cara menyusun suatu rangkaian not-not (nada-nada) menjadi rangkaian akor, agar bunyi dalam musik menjadi selaras dan enak didengar.
Dalam ilmu harmoni diajarkan tentang penggunaan nada secara bersamaan sehingga menghasilkan akor yang sesuai dalam suatu rangkaian atau jalinan pergerakan (progresi) pada suatu lagu, sehingga secara keseluruhan lagu tersebut akan terdengar sebagai musik yang selaras dan indah.
Sesuai dengan pengertian ilmu harmoni yang pertama di atas, dalam musik barat, harmoni mengacu kepada aspek musik secara vertikal, yaitu perpaduan beberapa nada dalam satu hitungan/ketukan secara serentak/bersamaan. Hal ini harus dibedakan dengan ide atau gagasan dalam musik yaitu melodi atau garis melodi lagu. Melodi lagu disebut juga sebagai aspek horisontal di dalam musik.

Teori Ilmu Harmoni Dasar

Ada beberapa hal dasar yang perlu diketahui dalam ilmu harmoni. Yang terutama adalah tonal system (sistem tonal) trisuara atau triad. Jika kita menyusun tiga nada yang masing-masing berjarak terts (terts besar (Major Third/M3) atau terts kecil (Minor Third/m3)) dari nada alasnya/nada rootnya atau kemudian sering disebut sebagai nada bas, maka akan diperoleh akor yang disebut trisuara atau triad. Konsep ini adalah konsep dasar pembentukan akor dalam ilmu harmoni klasik.
Seorang komposer berpeluang juga untuk membentuk kemungkinan kombinasi tidak berdasarkan susunan interval terts diatas. Seorang komposer kontemporer saat ini membentuk struktur susunan nada dalam sistem tonalnya pada interval kwart (Perfect Fourth/P4 dan Augmented Fourth/A4), interval kwint (Perfect Fifth/P5 dan Diminished Fifth/d5), interval second (Major Second/M2 dan Minor Second/m2) dan lain sebagainya.
Sebagai landasan dalam tradisi musik yang diwariskan dari musik barat, maka akor dalam tangga nada diatonis atau tangga nada mayor yang disusun berdasarkan sistem tonal trisuara atau triad akan membentuk akor mayor, akor minor, akor augmented dan akor diminished. Masing-masing akor memiliki fungsi sesuai dengan jenis dan posisinya pada tangga nada diatonis atau tangga nada mayor.
Untuk selanjutnya, akan saya bahas secara lebih mendalam tentang pengertian akor berdasarkan fungsinya dalam satu tangga nada diatonis/mayor pada topik ilmu harmoni.

Solfes : Pengenalan Terhadap Konsep Bunyi dan Konsep Musik

Posted by: kandangjago In: Ilmu Harmoni| Teori Musik| 3,077 views
solfesBagaimanakah cara yang tepat untuk mengkonsumsi musik? Tentu saja dengan menggunakan salah satu alat dari panca indera kita, yaitu telinga. Musik hanya bisa dinikmati melalui telinga sebagai alat pendengaran. Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran atau tidak bisa mendengar (tuli) sejak lahir maka ia tidak akan pernah dapat mengenal konsep tentang bunyi, terlebih lagi konsep tentang musik itu sendiri.
Keindahan visual dapat dinikmati dengan mata sebagai alat untuk melihat. Keharuman dan wanginya bunga mawar dinikmati dengan hidung sebagai alat untuk membau. Lezatnya makanan dinikmati dengan lidah sebagai alat untuk mengecap. Sejuknya udara dapat dinikmati dengan kulit sebagai alat untuk merasakan. Dan keindahan bunyi musik dapat dinikmati dengan telinga sebagai satu-satunya alat untuk mendengar dari tubuh kita.
Seseorang yang mempelajari musik, maka harus mengenal konsep tentang bunyi. Ia harus dapat membedakan bunyi-bunyian, antara bunyi nada yang satu dengan nada yang lain, tinggi rendah suatu titinada. Dengan mengerti perbedaan ini maka ia juga dapat mengenal konsep tentang musik.
Lho? Apakah ada orang yang tidak bisa membedakan bunyi atau tidak bisa membedakan tinggi rendah suatu titinada? Jawabannya : ada. Memang ada beberapa orang yang memang tidak mampu membedakan tinggi rendah suatu bunyi antara nada yang satu dengan nada yang lain, sehingga bisa dikatakan, orang seperti ini tidak bisa bermain di bidang musik atau tidak musikal.
Kembali ke hubungan antara musik dengan alat pendengaran, bagaimana jika orang yang sudah pernah mendengar, kemudian di dalam perjalanan hidupnya karena suatu hal/penyakit, ia menjadi tuli, apakah ia masih bisa bermusik? Tentu saja ia masih bisa bermusik karena ia telah mengenal konsep tentang musik.
Komponis besar jaman klasik Ludwig Van Beethoven (1770-1827) adalah contohnya. Beethoven adalah seorang pianis, organis dan pemain biola. Pada usia 31 tahun (1801), Beethoven merasakan pendengarannya mulai berkurang. Sebagai seorang pianis paling berprestasi di Wina, keadaan ini dirasakannya sebagai suatu bencana. Pada saat ia bermain dalam konser piano tahun 1814 (usia 44 tahun), Beethoven sudah tidak dapat mendengarkan sendiri permainannya. Pada usia 48 tahun (1818), Beethoven menjadi tuli sama sekali, ia sudah tidak mampu mendengar, komunikasi dengan orang lain dilakukannya dengan tulis-menulis.
Sebagai komponis, kondisi penyakit pada syaraf pendengarannya tidak terlalu mengganggunya dalam berkarya. Hal ini dibuktikannya, antara tahun 1822 – 1826, kegiatan Beethoven dipenuhi dengan berkarya menciptakan banyak komposisi baru, dan beliau sudah tuli total. Pada saat konser karya Beethoven tanggal 7 Mei 1824 (Overtura ‘Die Weihe des Hauses’ Op. 124, Kyrie, Credo, dan Agnus Dei Misa Solemnis Op. 123 dan Simfoni No. 9 dalam D minor Op. 125, ruang konser penuh sesak, Beethoven dan musiknya mendapatkan sambutan luar biasa, namun ia tidak mendengar sama sekali sambutan meriah ini dan tetap membaca partitur.
Bagi Beethoven sebagai komponis, dalam otaknya, ia masih dapat mendengar musik karena ia mengenal betul konsep musik dari pengalaman selama ia masih bisa mendengar. Bahkan musik yang sangat komplekspun masih bisa ia dengar dalam otaknya dan dinotasikan melalui partitur musik. Ia tidak menciptakan musik dengan piano, tetapi melalui pena, kertas, meja tulis dan ide-ide kreatif luar biasa dari otaknya yang masih mampu mendengar musik.
Untuk menjadi seorang musisi atau pemain musik yang baik, maka seseorang harus belajar juga untuk melatih pendengarannya. Pada beberapa kursus/les musik (kursus organ, kursus piano, dan sebagainya), latihan pendengaran ini disebut juga sebagai latihan solfes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar